Friday, March 2, 2018

Pertarungan Politik Sengit Antara Ganjar dengan Sudirman Said


Sudirman Said melaju ke pertarungan Pilkada Jawa Tengah 2018 sesudah mengantongi dukungan Ketua Biasa Gerindra, Prabowo Subianto. Siang ini, Rabu (13/12), di kediaman keluarga Prabowo, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Gerindra akan mengumumkan legal pencalonan Sudirman.
“(Calon) Gerindra di Jawa Tengah Sudirman Said,” kata Wakil Ketua Biasa Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, Selasa (12/12).
Sudirman Said tak cuma menerima ridho Gerindra, tetapi juga Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera.
“Insya Allah ke Sudirman Said,” kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN Yandri Susanto.
Sudirman dianggap sebagai calon opsi yang cakap memimpin Jawa Tengah dan memiliki kesempatan menaklukkan petahana, Gubernur Ganjar Pranowo vs Sudirman Said.

Ganjar Pranowo, walaupun dikala ini belum legal dicalonkan kembali oleh PDIP untuk bangku Jawa Tengah 1, merupakan kandidat terkuat dibanding nama-nama lain yang masuk radar partai banteng pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.
Setidaknya, itulah yang dikatakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Puan Maharani minggu lalu di Semarang, Jawa Tengah. Berdasarkan Puan, sejauh ini dari hasil survei internal ataupun lembaga survei, belum ada calon lain yang bisa mengimbangi elektabilitas Ganjar.
Oleh karena itu, ujar putri Megawati itu, kesempatan Ganjar untuk memperoleh ridho PDIP maju kembali dalam Pikada Jateng 2018 terbuka lebar.
Tetapi, kata Puan, karena politik merupakan soal dinamika, karenanya kepastian soal itu belum ada. Sampai dikala ini, PDIP masih menggelar uji kepatutan dan kelayakan kepada para bakal calon kandidat gubernurnya di Jawa Tengah.
Kuatnya sosok Ganjar di Jawa Tengah diamini M. Qodari, pengamat politik Indo Tolok.
“Gubernur (Ganjar) hampir pasti maju lagi karena baru menjabat satu periode. Wakilnya, Heru Sudjatmoko, karena sama-sama dari PDIP, kelihatannya nggak akan maju,” kata Qodari dikala berbincang dengan kumparan, Rabu (13/12).
Selama ini, Jawa Tengah merupakan lumbung bunyi PDIP, dan model Ganjar Pranowo vs Sudirman Said yang karismatik di provinsi itu memperkuat posisi PDIP.
“PDIP dan Ganjar itu dianggap kuat. Partainya kuat, calonnya juga kuat. Semua partai sebetulnya menunggu langkah PDIP karena Jawa Tengah basis mereka,” ujar Qodari.
Dia memprediksi, Pilkada Jawa Tengah akan berlangsung head to head antara dua pasang calon, atau ditiru tiga pasang calon.
“Jika dua pasang, akan mirip Pilkada Jawa Timur, di mana kubu PDIP melawan partai-partai lain. Nggak mungkin PDIP maju sendiri, pasti menggandeng satu-dua partai lain,” kata Qodari.
Tetapi seandainya terbukti tiga pasang calon yang maju, karenanya Qodari memprediksi mereka berasal dari “PDIP, Poros  Gerindra, dan Poros PKB. Karena PKB merupakan partai terkuat kedua di Jawa Tengah sesudah PDIP.”
Apalagi, imbuh Qodari, sejauh ini PKB belum buka bunyi soal pencalonan Sudirman Said oleh Gerindra, yang membuktikan partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu masih memandang-lihat situasi dan menghitung langkah untuk mengusung calon sendiri, Marwan Jafar--eks Menteri Desa, Pembangunan Daerah Ketinggalan, dan Transmigrasi Indonesia.
Jika terbukti PKB tak mengusung calon sendiri, ia bisa bergabung dengan PDIP seperti pada Pilkada Jawa Timur.
“Jika itu terjadi, karenanya kemungkinan akan mengerucut ke dua calon, head to head. Gerindra (yang mengusung Sudirman Said) berkoalisi dengan PAN dan PKS, walaupun PDIP (yang mengusung Ganjar) berkoalisi dengan PKB. Golkar akan bergabung ke salah satu poros,” kata Qodari.
Pilihan itu memunculkan duel Ganjar Pranowo vs Sudirman Said.

Ganjar Pranowo (49 tahun) memiliki karier politik terentang panjang. Sebelum boyongan ke Semarang untuk memimpin Jawa Tengah pada 2013, ia merupakan member DPR selama dua periode.
Pada Pilkada Jateng 2013, Ganjar bersama pasangannya, Heru Sudjatmoko yang sebelumnya Bupati Purbalingga, menang totaliter atas dua pasang calon lain (Bibit Waluyo-Sudijono dan Hadi Prabowo-Don Murdono) dengan perolehan bunyi 48,82 persen.

Walaupun sampai dikala ini elektabilitas Ganjar tak tergoyahkan, tetapi periode pemerintahannya diwarnai beberapa catatan negatif. Satu hal yang jadi sorotan utama merupakan kasus Semen Indonesia dengan warga Rembang yang menolak pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng.
Langkah Ganjar menerbitkan kembali izin pembangunan pabrik semen di Kendeng, dengan merubah nama Semen Gresik menjadi Semen Indonesia pada November 2016, menuai kecaman. Keputusan itu dianggap bertentangan dengan putusan Peninjauan Kembali oleh Mahkamah Agung yang membatalkan Surat Keputusan Izin Lingkungan Kesibukan Penambangan oleh PT Semen Gresik di Rembang.

Putusan itu sempat dibatalkan Ganjar pada 17 Januari 2017, tetapi kemudian izin baru yang memuat sedikit perubahan kawasan diterbitkan lagi pada 23 Februari 2017. Ini membuat Ganjar kembali hujan cercaan. Dia dievaluasi tak tegas, tak komunikatif, dan cenderung pro-korporat.

Sampai pada 12 April 2017, pemerintah sentra turun tangan soal Kendeng. Kantor Staf Presiden mengumumkan penambangan di Cekungan Air Tanah Watuputih, Kendeng, tak bisa dijalankan sampai ada keputusan lebih lanjut. Di CAT Watuputih itulah juga yang menjadi lokasi penambangan pabrik semen.

Hal kedua yang mengganggu rekam jejak Ganjar merupakan penyebutan namanya dalam kasus megakorupsi e-KTP. Dia disebut menerima uang 520.000 dolar AS dikala menjabat Wakil Ketua Komisi II DPR.
Ganjar malahan menentang. “Siapa yang ngasih (uang), aku nggak pernah terima. Jika ditawari, aku (memang) pernah ditawari, dan aku menolak,” kata Ganjar dikala bersaksi selama lebih dari 4 jam di persidangan kasus korupsi e-KTP, 31 Maret 2017.

Terlepas dari dua nilai negatif itu, Jawa Tengah tercatat dalam data Badan Pusat Statistik sebagai provinsi dengan indeks kebahagiaan cukup tinggi, merupakan 70,92 persen. Angka itu lebih tinggi dibanding statistik rata-rata nasional di spot 70,69, dan naik tiga persen dari tiga tahun lalu, 2014.
Kepala BPS Jawa Tengah Margo Yuwono mengatakan, daya kerja pemerintah provinsi yang dianggap bagus menjadi salah satu unsur yang memengaruhi indeks kebahagiaan hal yang demikian.

Sudirman Said (54 tahun) dari jauh hari sudah mengucapkan akan maju ke pertarungan Pilkada Jateng. Dia sudah blusukan ke hampir segala Jawa Tengah, dan menemui kiai, ormas, sampai pengurus partai politik di tingkat Dewan Pimpinan Daerah ataupun Dewan Pimpinan Pusat.
“Jika diandalkan partai dan rakyat, aku akan gunakan pengalaman mengerjakan tugas berbenah di bermacam lembaga untuk merapikan Jawa Tengah,” kata Sudirman sesaat sesudah pengurus DPP Gerindra mengucapkan bakal mengusungnya sebagai calon gubernur.

Sudirman Said selama ini memang banyak berkiprah di lembaga atau instansi. Sebelum menjadi Menteri ESDM dari 2014 sampai 2016, ia menjabat Direktur Utama PT Pindad, perusahaan neegara yang bergerak di bidang senjata; Wakil Direktur Utama PT Petrosea, perusahaan pertambangan di bawah Indika Energy Group; Direktur Biasa dan Sumber Kekuatan Manusia Pertamina; Deputi Bidang Komunikasi, Info, dan Hubungan Kelembagaan Badan Pelaksana Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh-Nias; dan lain-lain.

Susul Gerindra dan PAN, PKS Mantapkan Dukungan ke Sudirman Said 
Sudirman Said: Aku Siap Beberes Jawa Tengah
Anies Ikut Doakan Sudirman Said Menang Gubernur Jateng 2018
Sudirman juga dikenal sebagai tokoh antikorupsi. Dia, bersama sejumlah tokoh lain, mendirikan Masyarakat Transparansi Indonesia dan Indonesia Institute for Corporate Governance. Tetapi terakhir disusun untuk menyebarluaskan praktik good corporate governance di dunia usaha.
Modal “bersih” Sudirman Said bisa menguntungkan baginya, terlebih seandainya sejumlah catatan negatif Ganjar Pranowo dijadikan sasaran tembak selama kampanye.

“Lawan Ganjar pasti akan cari spot-spot lemah Ganjar. Dia sampai hari ini, status Ganjar bukan tersangka atau terdakwa. Jadi pengaruhnya masih minimal,” kata Qodari.
Dia beranggapan, masih terlalu awal untuk memprediksi pertarungan politik di Jawa Tengah. Tetapi, duel Ganjar Pranowo-Sudirman Said, bukan tak mungkin terjadi.