Tuesday, February 20, 2018

Kisah Di Balik Kesuksesan Ganjar Pranowo Menjadi Gubernur Jateng

Tersebutlah ada rumah kecil yang tak terawat di perumahan di Purbalingga menjadi saksi perjalanan hidup Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.


Jauh sebelum menjadi gubernur, bahkan sebelum menjadi anggota dewan, rumah tipe 21 itu dibelinya secara secara susah payah melalui jasa kredit bersama istrinya, Siti Atiqoh.

Rumah yang berada di Jalan Gatot Kaca II, Kompleks Perumahan Abdi Negara Permai Desa Bojanegara, Kecamatan Padamaran, Kabupaten Purbalingga, itu kini dalam kondisi rusak parah.

Bangunannya sudah tidak lagi berbentuk. Cat mengelupas. Atap hingga seisi rumah sudah mulai roboh.

Isi rumah dalam kondisi yang berantakan. Bahkan halaman depan rumah tak terawat itu digunakan para tetangganya untuk beternak ayam dan menjemur pakaian.

Kondisi rumah milik Ganjar dengan rumah lainnya sudah sangat kontras, lantaran tidak terawat.

“Ya benar, itu rumahnya Pak Ganjar. Tapi dulu sebelum jadi anggota dewan. Tapi sekarang kondisinya sudah jelek,” ujar warga Desa Bojanegara, Retno, kepada Kompas.com, Jumat kemarin.

Menurut Retno, dulu rumah yang kini tak terawat itu sempat diperbaiki. Namun karena tak kunjung ditempati, bangunan rehap yang dilakukan menjadi rusak. Karena tak ada yang menempati, rumah tersebut terkadang menjadi tempat pembuangan sampah.

“Warga di sini aslinya pengin beli rumahnya Pak Ganjar. Tapi Bapaknya enggak mau, katanya rumah kenangan,” tambah Retno.

Warga lainnya, Slamet, menuturkan rumah tipe 21 tersebut dibeli namun belum sempat ditempati oleh Ganjar. Rumah yang ada kemudian diurus oleh kakak ipar Ganjar.

“Iya itu rumahnya Pak Ganjar. Tahun berapa, saya lupa. Pokoknya sudah lama banget belinya,” imbuh Slamet.

Saat dikonfirmasi terkait rumah itu, Ganjar mengiyakan. Rumah yang tak terawat tersebut merupakan rumah yang dibelinya ketika masa-masa awal pernikahan.

Ganjar sendiri menyempatkan diri melihat rumah masa lalunya tersebut, Jumat.

Rumah itu dibeli dengan cara over-credit dari salah satu pegawai Pemda Purbalingga tahun 1999. Sebelum mengecek rumah, ia juga menyempatkan diri bertemu dengan para tetangga dan sholat di masjid Nurul Hikmah, masjid di perumahan tersebut.

“Saya ini ke sini pingin llihat. Itu omahku ijek pora ya (rumahku masih tidak). Kayae (kayaknya) masih ya. Tapi isine kabeh tikus ya,” kata Ganjar menyapa warga setempat.

Rumah itu ternyata masih berdiri. Ganjar belum mempunyai rencana terkait rumah tersebut. Namun, dia berceloteh ingin membeli rumah yang ada di sampingnya agar nantinya bisa menjadi orang Purbalingga.

“Belum tahu mau diapakan. Dulu pas beli itu kami susah banget. Kami harus irit, karena angsurannya tinggi,” ungkap pria berambut putih tersebut.(Kontributor Semarang, Nazar Nurdin).

Sumber : tribunnews.com