Monday, April 16, 2018

PRIHATIN KONTROVERSI PUISI GUS MUS, RATUSAN WARGA BACA PUISI BARENG

Ganjar Pranowo Profil - Ratusan orang meriung di halaman Posko Pandanaran Seratus (Panser) yang menjadi markas relawan Ganjar Yasin Selasa (10/4/2018) malam. Satu persatu dari yang hadir naik ke panggung untuk membaca puisi.

Bukan kebetulan jika hampir seluruh puisi yang dibaca adalah karya ulama kharismatik KH Musthofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus. Malam itu, mereka merespon kontroversi atas salah satu puisi Gus Mus berjudul “Kau ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”.

PRIHATIN KONTROVERSI PUISI GUS MUS, RATUSAN WARGA BACA PUISI BARENG

Puisi tersebut menjadi kontroversi setelah dibacakan Gubernur Jateng nonaktif Ganjar Pranowo Profil dalam acara Rosi di televisi swasta.

Para pembaca puisi terdiri dari beragam kalangan. Baik mahasiswa, pekerja swasta, relawan, seniman, politisi, kyai, dan santri. Di antaranya adalah sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Mereka berkolaborasi membacakan puisi secara dramatik. Penonton pun terhanyut menyimak pembacaan yang kontemplatif tersebut.

PRIHATIN KONTROVERSI PUISI GUS MUS, RATUSAN WARGA BACA PUISI BARENG

Salah satu mahasiswa, Ahmad Fauzi berpendapat puisi Gus Mus berisi kritikan terhadap pemerintahan dan permasalahan masyarakat kala puisi itu dicipta tahun 1987.

“Kami tahu puisi ini sempat dipersoalkan di sosmed (social media). Permasalahan tersebut mungkin tidak pernah akan ada, bila si pelapor tabbayun. Setelah tahu itu puisi eyang Gus Mus, tidak jadi lapor,” kata mahasiswa semester 8 itu.

Fauzi berharap warganet tidak mudah terprovokasi informasi hoax. Sebagai orang terpelajar, Fauzi bilang warganet semestinya membiasakan diri cek dan ricek. 

“Harus coverboth side ya. Jangan termakan hoax,” ujar dia.

Selain mereka ada seorang pekerja swasta asal Semarang, Vikirrahman. Pria berambut kriwil itu ternyata tidak membaca puisi. Ia malah menutup kupingnya dengan lakban. Salah seorang audience diminta membaca puisi Gus Mus dan ia mencoba memahami tanpa indera pendengarannya.

“Banyak orang sekarang mudah sekali terprovokasi hanya karena mendengar dan melihat, ia ikut memaki dan meneriaki tanpa mengkaji, bertanya, berdiskusi. Maka saya mengajak mari memahami puisi Gus Mus bukan dengan indera tapi dengan hati,” katanya menjelaskan maksudnya performance art-nya.

Kemudian berturut-turut tampil sejumlah tokoh kesenian Semarang seperti Agoes Dewa, Marco Marnadi, dan Mbah Wien Blues. Ada juga perwakilan Santri Gayeng, Seknas Jokowi Kota Semarang dan Jateng, Relawan Projo, Bara JP dan Dulur Ganjar. Tak ketinggalan Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi juga membacakan puisi yang persis dibawakan Ganjar.

“Kami ada di sini untuk menghormati Gus Mus, ini bentuk keprihatinan kami ketika karya ulama besar seperti beliau yang dibacakan Pak Ganjar kok dinilai menistakan agama, sekaligus kami mengkampanyekan pilkada yang adem, damai, dan asyik seperti pembacaan puisi malam ini,” kata Supriyadi yang juga Politikus PDI Perjuangan itu.