“(Calon) Gerindra di Jawa Tengah Sudirman Said,” kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, Selasa (12/12).
Sudirman Said tak hanya menerima restu Gerindra, tapi juga Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera.
“Insya Allah ke Sudirman Said,” kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN Yandri Susanto.
Sudirman dianggap sebagai calon alternatif yang mampu memimpin Jawa Tengah dan memiliki kans mengalahkan incumbent, Gubernur Ganjar Pranowo vs Sudirman Said.
Ganjar
Pranowo, meski saat ini belum resmi dicalonkan kembali oleh PDIP untuk
kursi Jawa Tengah 1, merupakan kandidat terkuat dibanding nama-nama lain
yang masuk radar partai banteng pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.
Setidaknya, itulah yang dikatakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Puan Maharani pekan lalu di Semarang, Jawa Tengah. Menurut Puan, sejauh ini dari hasil survei internal maupun lembaga survei, belum ada calon lain yang dapat mengimbangi elektabilitas Ganjar.
Oleh sebab itu, ujar putri Megawati itu, peluang Ganjar untuk mendapat restu PDIP maju kembali dalam Pikada Jateng 2018 terbuka lebar.
Namun, kata Puan, karena politik adalah soal dinamika, maka kepastian soal itu belum ada. Sampai saat ini, PDIP masih menggelar uji kepatutan dan kelayakan terhadap para bakal calon kandidat gubernurnya di Jawa Tengah.
Kuatnya sosok Ganjar di Jawa Tengah diamini M. Qodari, pengamat politik Indo Barometer.
“Gubernur (Ganjar) hampir pasti maju lagi karena baru menjabat satu periode. Wakilnya, Heru Sudjatmoko, karena sama-sama dari PDIP, kelihatannya nggak akan maju,” kata Qodari saat berbincang dengan kumparan, Rabu (13/12).
Selama ini, Jawa Tengah adalah lumbung suara PDIP, dan figur Ganjar Pranowo vs Sudirman Said yang karismatik di provinsi itu memperkuat posisi PDIP.
“PDIP dan Ganjar itu dianggap kuat. Partainya kuat, calonnya juga kuat. Semua partai sesungguhnya menunggu langkah PDIP karena Jawa Tengah basis mereka,” ujar Qodari.
Ia memprediksi, Pilkada Jawa Tengah akan berlangsung head to head antara dua pasang calon, atau diikuti tiga pasang calon.
“Kalau dua pasang, akan mirip Pilkada Jawa Timur, di mana kubu PDIP melawan partai-partai lain. Nggak mungkin PDIP maju sendiri, pasti menggandeng satu-dua partai lain,” kata Qodari.
Namun jika ternyata tiga pasang calon yang maju, maka Qodari memprediksi mereka berasal dari “PDIP, Poros Gerindra, dan Poros PKB. Sebab PKB adalah partai terkuat kedua di Jawa Tengah setelah PDIP.”
Apalagi, imbuh Qodari, sejauh ini PKB belum buka suara soal pencalonan Sudirman Said oleh Gerindra, yang menandakan partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu masih melihat-lihat situasi dan menghitung langkah untuk mengusung calon sendiri, Marwan Jafar--mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia.
Jika ternyata PKB tak mengusung calon sendiri, ia bisa bergabung dengan PDIP seperti pada Pilkada Jawa Timur.
“Kalau itu terjadi, maka kemungkinan akan mengerucut ke dua calon, head to head. Gerindra (yang mengusung Sudirman Said) berkoalisi dengan PAN dan PKS, sedangkan PDIP (yang mengusung Ganjar) berkoalisi dengan PKB. Golkar akan bergabung ke salah satu poros,” kata Qodari.
Opsi itu memunculkan duel Ganjar Pranowo-Sudirman Said.
Ganjar Pranowo (49 tahun) memiliki karier politik terentang panjang. Sebelum boyongan ke Semarang untuk memimpin Jawa Tengah pada 2013, ia adalah anggota DPR selama dua periode.
Pada Pilkada Jateng 2013, Ganjar bersama pasangannya, Heru Sudjatmoko yang sebelumnya Bupati Purbalingga, menang mutlak atas dua pasang calon lain (Bibit Waluyo-Sudijono dan Hadi Prabowo-Don Murdono) dengan perolehan suara 48,82 persen.
Meski hingga saat ini elektabilitas Ganjar tak tergoyahkan, namun periode pemerintahannya diwarnai beberapa catatan negatif. Satu hal yang jadi sorotan utama adalah kasus Semen Indonesia dengan warga Rembang yang menolak pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng.
Langkah Ganjar menerbitkan kembali izin pembangunan pabrik semen di Kendeng, dengan mengubah nama Semen Gresik menjadi Semen Indonesia pada November 2016, menuai kecaman. Keputusan itu dianggap bertentangan dengan putusan Peninjauan Kembali oleh Mahkamah Agung yang membatalkan Surat Keputusan Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT Semen Gresik di Rembang.
Putusan itu sempat dibatalkan Ganjar pada 17 Januari 2017, namun kemudian izin baru yang memuat sedikit perubahan wilayah diterbitkan lagi pada 23 Februari 2017. Ini membuat Ganjar kembali hujan cercaan. Ia dinilai tidak tegas, tak komunikatif, dan cenderung pro-korporat.
Hingga pada 12 April 2017, pemerintah pusat turun tangan soal Kendeng. Kantor Staf Presiden mengumumkan penambangan di Cekungan Air Tanah Watuputih, Kendeng, tak bisa dilakukan sampai ada keputusan lebih lanjut. Di CAT Watuputih itulah juga yang menjadi lokasi penambangan pabrik semen.
Hal kedua yang mengganggu rekam jejak Ganjar adalah penyebutan namanya dalam kasus megakorupsi e-KTP. Ia disebut menerima uang 520.000 dolar AS saat menjabat Wakil Ketua Komisi II DPR.
Ganjar pun membantah. “Siapa yang ngasih (uang), saya nggak pernah terima. Kalau ditawari, saya (memang) pernah ditawari, dan saya menolak,” kata Ganjar saat bersaksi selama lebih dari 4 jam di persidangan kasus korupsi e-KTP, 31 Maret 2017.
Terlepas dari dua poin negatif itu, Jawa Tengah tercatat dalam data Badan Pusat Statistik sebagai provinsi dengan indeks kebahagiaan cukup tinggi, yakni 70,92 persen. Angka itu lebih tinggi dibanding statistik rata-rata nasional di titik 70,69, dan naik tiga persen dari tiga tahun lalu, 2014.
Kepala BPS Jawa Tengah Margo Yuwono mengatakan, kinerja pemerintah provinsi yang dianggap baik menjadi salah satu faktor yang memengaruhi indeks kebahagiaan tersebut.
Sudirman Said (54 tahun) dari jauh hari sudah menyatakan akan maju ke pertarungan Pilkada Jateng. Ia telah blusukan ke hampir seluruh Jawa Tengah, dan menemui kiai, ormas, hingga pengurus partai politik di tingkat Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan Pimpinan Pusat.
“Jika dipercaya partai dan rakyat, saya akan gunakan pengalaman menjalankan tugas beberes di berbagai institusi untuk menata Jawa Tengah,” kata Sudirman sesaat setelah pengurus DPP Gerindra menyatakan bakal mengusungnya sebagai calon gubernur.
Sudirman Said selama ini memang banyak berkecimpung di lembaga atau instansi. Sebelum menjadi Menteri ESDM dari 2014 hingga 2016, ia menjabat Direktur Utama PT Pindad, perusahaan neegara yang bergerak di bidang senjata; Wakil Direktur Utama PT Petrosea, perusahaan pertambangan di bawah Indika Energy Group; Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Pertamina; Deputi Bidang Komunikasi, Informasi, dan Hubungan Kelembagaan Badan Pelaksana Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh-Nias; dan lain-lain.
Susul Gerindra dan PAN, PKS Mantapkan Dukungan ke Sudirman Said
Sudirman Said: Saya Siap Beberes Jawa Tengah
Anies Turut Doakan Sudirman Said Menang Pilgub Jateng 2018
Sudirman juga dikenal sebagai tokoh antikorupsi. Ia, bersama sejumlah tokoh lain, mendirikan Masyarakat Transparansi Indonesia dan Indonesia Institute for Corporate Governance. Yang terakhir dibentuk untuk menyebarluaskan praktik good corporate governance di dunia usaha.
Modal “bersih” Sudirman Said bisa menguntungkan baginya, terutama bila sejumlah catatan negatif Ganjar Pranowo dijadikan sasaran tembak selama kampanye.
“Lawan Ganjar pasti akan cari titik-titik lemah Ganjar. Tapi sampai hari ini, status Ganjar bukan tersangka atau terdakwa. Jadi dampaknya masih minimal,” kata Qodari.
Ia berpendapat, masih terlalu awal untuk memprediksi pertarungan politik di Jawa Tengah. Namun, duel Ganjar Pranowo-Sudirman Said, bukan tak mungkin terjadi.
Setidaknya, itulah yang dikatakan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Puan Maharani pekan lalu di Semarang, Jawa Tengah. Menurut Puan, sejauh ini dari hasil survei internal maupun lembaga survei, belum ada calon lain yang dapat mengimbangi elektabilitas Ganjar.
Oleh sebab itu, ujar putri Megawati itu, peluang Ganjar untuk mendapat restu PDIP maju kembali dalam Pikada Jateng 2018 terbuka lebar.
Namun, kata Puan, karena politik adalah soal dinamika, maka kepastian soal itu belum ada. Sampai saat ini, PDIP masih menggelar uji kepatutan dan kelayakan terhadap para bakal calon kandidat gubernurnya di Jawa Tengah.
Kuatnya sosok Ganjar di Jawa Tengah diamini M. Qodari, pengamat politik Indo Barometer.
“Gubernur (Ganjar) hampir pasti maju lagi karena baru menjabat satu periode. Wakilnya, Heru Sudjatmoko, karena sama-sama dari PDIP, kelihatannya nggak akan maju,” kata Qodari saat berbincang dengan kumparan, Rabu (13/12).
Selama ini, Jawa Tengah adalah lumbung suara PDIP, dan figur Ganjar Pranowo vs Sudirman Said yang karismatik di provinsi itu memperkuat posisi PDIP.
“PDIP dan Ganjar itu dianggap kuat. Partainya kuat, calonnya juga kuat. Semua partai sesungguhnya menunggu langkah PDIP karena Jawa Tengah basis mereka,” ujar Qodari.
Ia memprediksi, Pilkada Jawa Tengah akan berlangsung head to head antara dua pasang calon, atau diikuti tiga pasang calon.
“Kalau dua pasang, akan mirip Pilkada Jawa Timur, di mana kubu PDIP melawan partai-partai lain. Nggak mungkin PDIP maju sendiri, pasti menggandeng satu-dua partai lain,” kata Qodari.
Namun jika ternyata tiga pasang calon yang maju, maka Qodari memprediksi mereka berasal dari “PDIP, Poros Gerindra, dan Poros PKB. Sebab PKB adalah partai terkuat kedua di Jawa Tengah setelah PDIP.”
Apalagi, imbuh Qodari, sejauh ini PKB belum buka suara soal pencalonan Sudirman Said oleh Gerindra, yang menandakan partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu masih melihat-lihat situasi dan menghitung langkah untuk mengusung calon sendiri, Marwan Jafar--mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia.
Jika ternyata PKB tak mengusung calon sendiri, ia bisa bergabung dengan PDIP seperti pada Pilkada Jawa Timur.
“Kalau itu terjadi, maka kemungkinan akan mengerucut ke dua calon, head to head. Gerindra (yang mengusung Sudirman Said) berkoalisi dengan PAN dan PKS, sedangkan PDIP (yang mengusung Ganjar) berkoalisi dengan PKB. Golkar akan bergabung ke salah satu poros,” kata Qodari.
Opsi itu memunculkan duel Ganjar Pranowo-Sudirman Said.
Ganjar Pranowo (49 tahun) memiliki karier politik terentang panjang. Sebelum boyongan ke Semarang untuk memimpin Jawa Tengah pada 2013, ia adalah anggota DPR selama dua periode.
Pada Pilkada Jateng 2013, Ganjar bersama pasangannya, Heru Sudjatmoko yang sebelumnya Bupati Purbalingga, menang mutlak atas dua pasang calon lain (Bibit Waluyo-Sudijono dan Hadi Prabowo-Don Murdono) dengan perolehan suara 48,82 persen.
Meski hingga saat ini elektabilitas Ganjar tak tergoyahkan, namun periode pemerintahannya diwarnai beberapa catatan negatif. Satu hal yang jadi sorotan utama adalah kasus Semen Indonesia dengan warga Rembang yang menolak pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng.
Langkah Ganjar menerbitkan kembali izin pembangunan pabrik semen di Kendeng, dengan mengubah nama Semen Gresik menjadi Semen Indonesia pada November 2016, menuai kecaman. Keputusan itu dianggap bertentangan dengan putusan Peninjauan Kembali oleh Mahkamah Agung yang membatalkan Surat Keputusan Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT Semen Gresik di Rembang.
Putusan itu sempat dibatalkan Ganjar pada 17 Januari 2017, namun kemudian izin baru yang memuat sedikit perubahan wilayah diterbitkan lagi pada 23 Februari 2017. Ini membuat Ganjar kembali hujan cercaan. Ia dinilai tidak tegas, tak komunikatif, dan cenderung pro-korporat.
Hingga pada 12 April 2017, pemerintah pusat turun tangan soal Kendeng. Kantor Staf Presiden mengumumkan penambangan di Cekungan Air Tanah Watuputih, Kendeng, tak bisa dilakukan sampai ada keputusan lebih lanjut. Di CAT Watuputih itulah juga yang menjadi lokasi penambangan pabrik semen.
Hal kedua yang mengganggu rekam jejak Ganjar adalah penyebutan namanya dalam kasus megakorupsi e-KTP. Ia disebut menerima uang 520.000 dolar AS saat menjabat Wakil Ketua Komisi II DPR.
Ganjar pun membantah. “Siapa yang ngasih (uang), saya nggak pernah terima. Kalau ditawari, saya (memang) pernah ditawari, dan saya menolak,” kata Ganjar saat bersaksi selama lebih dari 4 jam di persidangan kasus korupsi e-KTP, 31 Maret 2017.
Terlepas dari dua poin negatif itu, Jawa Tengah tercatat dalam data Badan Pusat Statistik sebagai provinsi dengan indeks kebahagiaan cukup tinggi, yakni 70,92 persen. Angka itu lebih tinggi dibanding statistik rata-rata nasional di titik 70,69, dan naik tiga persen dari tiga tahun lalu, 2014.
Kepala BPS Jawa Tengah Margo Yuwono mengatakan, kinerja pemerintah provinsi yang dianggap baik menjadi salah satu faktor yang memengaruhi indeks kebahagiaan tersebut.
Sudirman Said (54 tahun) dari jauh hari sudah menyatakan akan maju ke pertarungan Pilkada Jateng. Ia telah blusukan ke hampir seluruh Jawa Tengah, dan menemui kiai, ormas, hingga pengurus partai politik di tingkat Dewan Pimpinan Daerah maupun Dewan Pimpinan Pusat.
“Jika dipercaya partai dan rakyat, saya akan gunakan pengalaman menjalankan tugas beberes di berbagai institusi untuk menata Jawa Tengah,” kata Sudirman sesaat setelah pengurus DPP Gerindra menyatakan bakal mengusungnya sebagai calon gubernur.
Sudirman Said selama ini memang banyak berkecimpung di lembaga atau instansi. Sebelum menjadi Menteri ESDM dari 2014 hingga 2016, ia menjabat Direktur Utama PT Pindad, perusahaan neegara yang bergerak di bidang senjata; Wakil Direktur Utama PT Petrosea, perusahaan pertambangan di bawah Indika Energy Group; Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Pertamina; Deputi Bidang Komunikasi, Informasi, dan Hubungan Kelembagaan Badan Pelaksana Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh-Nias; dan lain-lain.
Susul Gerindra dan PAN, PKS Mantapkan Dukungan ke Sudirman Said
Sudirman Said: Saya Siap Beberes Jawa Tengah
Anies Turut Doakan Sudirman Said Menang Pilgub Jateng 2018
Sudirman juga dikenal sebagai tokoh antikorupsi. Ia, bersama sejumlah tokoh lain, mendirikan Masyarakat Transparansi Indonesia dan Indonesia Institute for Corporate Governance. Yang terakhir dibentuk untuk menyebarluaskan praktik good corporate governance di dunia usaha.
Modal “bersih” Sudirman Said bisa menguntungkan baginya, terutama bila sejumlah catatan negatif Ganjar Pranowo dijadikan sasaran tembak selama kampanye.
“Lawan Ganjar pasti akan cari titik-titik lemah Ganjar. Tapi sampai hari ini, status Ganjar bukan tersangka atau terdakwa. Jadi dampaknya masih minimal,” kata Qodari.
Ia berpendapat, masih terlalu awal untuk memprediksi pertarungan politik di Jawa Tengah. Namun, duel Ganjar Pranowo-Sudirman Said, bukan tak mungkin terjadi.